SQuoters

Thanks for coming to our blog.
If you have a motivational story or anything else that smells motivation to be published into our blog, you can send them to us (johan_squot@yahoo.co.id).
Thank You


SQuoters

Thursday, September 10, 2009

PEMANASAN GLOBAL - GLOBAL WARMING

Beberapa tahun belakangan ini, kata-kata seperti “wah….Panas sekali ya, hari ini.”, “Sekarang sering terjadi bencana alam, ya.” dan kata-kata lain yang senada sudah sangat sering kita dengar, atau mungkin malah juga sering terlontar dari mulut kita sendiri. Coba kita tanyakan pada orang tua kita atau pada nenek kita mengenai suasana lingkungan mereka ketika mereka masih muda. Tanyakan apakah suhu lingkungan yang dulu pernah sepanas yang sekarang ini, serta tanyakan juga apakah hujan yang turun saat itu bisa sampai menyebabkan banjir, dan pohon-pohon bertumbangan. Iklim benar-benar berubah dengan sangat drastis sekarang ini.

Sesungguhnya, apa definisi dari istilah pemanasan global? Secara sederhana, pemanasan global berarti peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi.
Penyebab utama fenomena ini adalah apa yang sering kita sebut sebagai gas rumah kaca yang memberikan efek rumah kaca. Gas-gas rumah kaca yang paling besar pengaruhnya saat ini adalah CO2, CH4, NO, dan CFC. Efek rumah kaca dapat dijelaskan secara sederhana melalui gambar berikut ini:



Efek rumah kaca adalah penyebab utama pemanasan global yang kita alami sekarang ini. Namun, jika kita teliti lebih jauh lagi, ternyata efek rumah kaca ada manfaatnya juga. Menurut Panel antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), bumi tanpa efek rumah kaca akan bersuhu -18oC yang berarti planet ini akan menjadi terlalu dingin untuk dijadikan tempat tinggal. Dengan adanya efek rumah kaca, bumi menjadi lebih hangat 33oC menjadi 15oC. Jadi, ada penyebab lain yang lebih utama daripada efek rumah kaca. Apa penyebab paling utama tersebut? Jawabannya hanya 1 kata, yaitu KITA, manusia.

Kita-lah kontributor terbesar gas-gas tersebut melalui aktivitas sehari-hari kita. Kebanyakan dari gas rumah kaca itu dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, serta pembangkit tenaga listrik.

Menurut laporan PBB pada tahun 2006, industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), melebihi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan kendaraan bermotor(13%). Gas-gas rumah kaca yang dihasilkan sektor peternakan tersebut, antara lain: 9% Karbon dioksida (CO2), 37% Metana (CH4) yang memiliki efek pemanasan 72 kali lebih kuat daripada CO2 dalam jangka waktu 20 tahun dan 23 kali dalam jangka waktu 100 tahun, serta 65% Dinitrogen Oksida yang memiliki efek pemanasan 296 kali lebih kuat daripada CO2. Ini benar-benar merupakan angka yang sangat fantastis, apalagi ditambah dengan fakta bahwa 30% dari tanah yang ada di permukaan bumi adalah sektor peternakan. Intinya, industri ternak memerlukan amat sangat banyak sekali energi untuk mengubah ternak menjadi daging di atas meja makan kita, yang berarti gas-gas rumah kaca yang dihasilkan juga amat sangat banyak sekali.

Selain merusak bumi melalui industri peternakannya, manusia juga memperparah keadaan dengan melakukan penebangan liar terhadap pohon-pohon yang seharusnya menjadi paru-paru dunia.

Pada tahun 2007, Organisasi Pangan dan Pertanian melansir sebuah hasil riset yang menempatkan Indonesia sebagai perusak hutan tercepat di dunia. Hal ini benar-benar sangat memprihatinkan, mengingat bahwa Indonesia adalah paru-paru dunia yang paling utama. Menurut data yang dilansir Organisasi itu, setiap tahunnya 2 persen dari hutan kita, atau sekitar 1,87 juta hektar hutan kita dirusak. Dengan kata lain, 51 km2 hutan dirusak setiap hari, atau 300 kali lapangan sepak bola setiap jam. Kalau perusakan seperti ini masih terus berlanjut, cucu kita pasti sudah tidak berkesempatan untuk merasakan suasana tracking hutan yang ada di Simalem.

Sebagai akibat dari kerusakan alam yang kita ciptakan ini, suhu dekat permukaan bumi, secara kasar, telah meningkat sebesar 0,74oC selama 1 abad terakhir. Akibat-akibat lain yang dapat kita lihat dan rasakan di sekitar kita adalah bencana-bencana alam yang semakin sering terjadi dalam beberapa bulan belakangan ini, seperti Topan Morakot yang menyerang Taiwan bulan lalu, Gempa bumi di Tasikmalaya minggu lalu, Banjir Bandang di Turki senin kemarin (07/09/09), dan lain sebagainya.

Bukan hanya itu, dalam majalah Time edisi 1 Oktober 2007 disebutkan bahwa lapisan es di kutub utara juga telah menyusut lebih dari 20% dalam 25 tahun terakhir. Pencairan ini akan terus berlangsung hingga tinggal sekitar 20% pada tahun 2040. Kalau ini benar-benar terjadi, Indonesia akan kehilangan 2000 pulaunya yang tenggelam.

Menurut perhitungan lainnya, dari 3000 tahun lalu hingga abad ke-19, peningkatan tinggi air laut adalah konstan, sekitar 0,1-0,2 mm per tahun. Namun, pada tahun 1993, peningkatan tinggi air laut meningkat menjadi 3,1 mm per tahunnya. Dengan peningkatan yang seperti ini, diprediksikan pada tahun 2100, permukaan air laut akan meningkat 280-340 mm dari level tahun 1990. Hal ini berarti Peta dunia harus digambar ulang karena beberapa pulau, bahkan beberapa negara hanya tinggal sejarah.

Mungkin yang ada dalam benak kita sekarang adalah seperti ini, “Tahun 2100 ‘kan masih lama. Lagian, kita juga tidak mungkin bisa hidup selama itu. Untuk apa kita mempedulikan data-data seperti itu?!”

Harus diingat, orang-orang yang paling kita sayangi, mungkin itu adalah anak kita, cucu kita, cicit kita, dan generasi-generasi berikutnya adalah orang-orang yang akan hidup pada zaman tersebut. Tanyakanlah pada diri kita masing-masing, apakah kita tega mewariskan bumi yang terluka parah kepada mereka yang sangat kita sayangi?

Lalu, apa yang harus kita lakukan agar semua prediksi mengerikan para ahli ini tidak menjadi kenyataan? Apakah kita harus menerapkan kehidupan zaman batu, dengan tidak menggunakan komputer, televisi, dan sebagainya agar tidak boros listrik? Serta apakah kita juga tidak boleh menggunakan pesawat terbang, kereta api, dan kapal laut untuk bepergian jauh agar lingkungan tidak tercemari? Memang, itu adalah solusi terbaik yang ada. Namun, itu bukanlah solusi yang sepenuhnya benar.

Kalau kita memang sedang butuh untuk bepergian jauh dengan pesawat terbang, maka gunakanlah sarana transportasi itu. Kalau kita memang membutuhkan komputer untuk melakukan aktivitas sehari-hari kita, maka gunakanlah. Jangan sampai kepedulian kita terhadap pemanasan global membuat kita menjadi tidak produktif.

Dengan kemampuan yang kita miliki saat ini, kita mungkin belum bisa ‘menyembuhkan’ bumi kita dari ‘penyakit-penyakit’ yang sedang dideritanya. Tapi, itu tidak berarti kita tidak bisa berbuat sesuatu untuk bumi kita ini. Jika kita tidak bisa menyembuhkannya, minimal kita jangan melukainya lagi.

Ada beberapa tindakan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar bumi kita yang tercinta ini tidak semakin terluka di tangan-tangan kita. Salah satu tindakan yang paling sederhana dan yang paling mudah kita lakukan adalah dengan selalu membuang sampah pada tempatnya, mematikan listrik yang sedang tidak digunakan, dan menghemat penggunaan kertas tisu.

Tindakan lainnya yang gampang-gampang-susah adalah dengan ber-vegetarian, yang berarti menghentikan konsumsi terhadap segala jenis daging hewan. Dengan fakta-fakta tentang peternakan yang disebutkan di atas, memang tidak salah kalau dibilang tindakan yang satu ini adalah tindakan yang paling dapat mempengaruhi laju pemanasan global.

Ada sebuah fakta lagi yang tertulis di Wikipedia mengenai sektor peternakan yang cukup memprihatinkan. Di Amerika Serikat, sekitar 85% dari sumber air bersihnya digunakan untuk menanam pakan ternak setiap tahunnya.

Konsumsi air untuk menghasilkan satu kilo makanan dalam pertanian pakan ternak di Amerika Serikat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

1 kg daging ~ Air (liter)
Daging sapi ~ 1.000.000
Babi ~ 3.260
Ayam ~ 12.665
Kedelai ~ 2.000
Beras ~ 1.912
Kentang ~ 500
Gandum ~ 200
Slada ~ 180

Mulailah bertindak mulai saat ini juga sebelum semuanya terlambat karena menurut laporan dari Panel antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) tahun lalu, manusia hanya punya waktu 8 tahun untuk mencegah datangnya efek terburuk dari fenomena alam ini. Bencana alam seperti yang dapat kita lihat pada film “The Day after Tomorrow” mungkin akan terjadi pada masa yang akan datang jika kita, manusia, tidak segera mengambil tindakan saat ini juga.

Perlu kita sadari, dengan melaksanakan tindakan-tindakan kecil yang disebutkan di atas tadi, kita tidak saja telah membantu mempertahankan kehidupan bumi kita, tetapi juga orang-orang yang sangat kita sayangi, yakni anak kita, cucu kita, cicit kita, dan seterusnya.

Save the World! The World really need a bigger hero!

Thursday, September 3, 2009

TUJUAN.


Jika tujuan Anda dalam hidup ini adalah untuk mendapatkan kekayaan, maka kemungkinan Anda untuk mendapatkannya adalah sangat tipis.
Milikilah tujuan yang mulia dalam menjalani hidup ini, dan lakukanlah tugas Anda dengan sepenuh hati, maka kekayaan itu sendiri yang akan mengejar-ngejar Anda.

Wednesday, September 2, 2009

BELAJAR DARI SANG BURUNG


Seekor burung ketika hinggap di ranting, ia tidak pernah merasa takut rantingnya akan patah sehingga ia menjadi terjatuh. Mengapa? Karena ia memiliki KEMAMPUAN untuk TERBANG sewaktu-waktu bila ranting yang sedang ia hinggapi itu patah.